Our Community

Our Community
Forum Lingkar Pena Depok

Our Event

Our Event
Depok Dalam Puisi

Our Training Program

Our Training Program
BATRE

Our Family

Our Family
Want to be one of us?

Mau Daftar? Klik Gambar Ini!

Kemiskinan yang Menjadi Kekuatan Menulis

Kamis, 07 Januari 2010

Tidak banyak orang tahu, JK Rowling, penulis Harry Potter sempat mendapat santunan dari pemerintah Inggris, karena masuk dalam kategori orang miskin. Selepas bercerai dengan suami pertamanya, ia hidup pas-pasan. Himpitan kemiskinan memaksa JK menyelesaikan naskah Harry Potter. JK mendapat ide menulis Harry Potter dalam sebuah perjalanan di kereta dari Manchester ke London. Dari perjalanan itu, entah mengapa tiba-tiba ia mendapat ide untuk memulai kisah Harry Potter yang diberinya judul Philosopher’s Stone.
Pada 1995 ia berhasil menyelesaikan buku pertamanya. Tapi, karena sangat miskin, ia terpaksa mengetik ulang naskah hingga beberapa kopi dengan mesin tik tua manual yang murah, hanya karena tidak mampu membayar biaya fotokopi. “Anda mungkin tak pernah tahu, betapa menyedihkannya hidup tanpa uang sama sekali. Kecuali jika Anda sudah pernah mengalaminya, seperti yang aku alami,” katanya. Keinginan kuat untuk mengubah hidup membuat JK sekuat tenaga untuk menjual kisah Harry Potter. Tapi, layaknya penulis pemula lain, naskahnya mengalami penolakan berkali-kali dari berbagai penerbit. Beruntung, dari seorang agen bernama Christopher, Bloomsbury mau menerbitkan kisah tersebut. Dan, keajaiban pun terjadi! Buku yang sempat ditolak oleh berbagai penerbit itu justru laku sangat keras. Bahkan, ia mendapat berbagai penghargaan atas karya tersebut. Kehidupan JK berubah total. Dari orang yang sangat miskin menjadi superkaya hanya dalam waktu kurang dari delapan tahun. Harry Potter, karakter rekaannya mampu menghasilkan miliaran dolar Amerika. JK ditempatkan sebagai penulis paling kaya di Inggris, bahkan dunia. Namun, JK bukan kacang yang lupa pada kulitnya. Keuntungan dari penjualan buku-bukunya, ia sumbangkan pada UK Comic Relief Charity. Ia juga tak lupa menyisihkan sebagian kekayaannya untuk membantu sejumlah yayasan sosial, khususnya lembaga yang banyak melakukan penelitian tentang penyakit multiple sclerosis, sebuah penyakit yang sempat merenggut nyawa ibunya pada tahun 1990. (Koko Nata)

0 komentar:

Posting Komentar

Video Pelatihan