Our Community

Our Community
Forum Lingkar Pena Depok

Our Event

Our Event
Depok Dalam Puisi

Our Training Program

Our Training Program
BATRE

Our Family

Our Family
Want to be one of us?

Mau Daftar? Klik Gambar Ini!

Lomba Cerpen

Selasa, 10 Agustus 2010

Cerpen Dhinny El Fazila Azra dan Silvy baru aja keluar kelas setelah pelajaran bahasa Indonesia yang ngebosenin. Buat Azra dan Silvy pelajaran bahasa Indonesia di jam menjelang pulang sama aja dengan dongeng sebelum tidur. Syukur kalo mereka nggak sampe tidur di kelas. Anak-anak lain udah bertebaran di luar kelas. Ada yang langsung pulang, ada juga yang sholat zuhur dulu di musholla sekolah. “Huah…! Untung tadi aku nggak tidur. Kalo nggak aku bisa kena setrap sama Bu Sofi.” Azra bicara setelah menguap. “Tau tuh. Kenapa sih harus ada pelajaran dia, aku sih mending disuruh tidur siang daripada ikut pelajaran dia.” Sahut Silvy. “Ye...semua orang juga bakal milih gitu kali,” sungut Azra mendengar pernyataan temannya yang sama sekali nggak berbobot. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada papan pengumuman milik anak ekskul mading. “Eh, apaan tuh, Vy?” Mereka berjalan mendekati papan. Tertempel sebuah kertas pengumuman tentang lomba cerpen berhadiah uang tunai sepuluh juta. “Lomba cerpen buat pelajar. Total hadiahnya satu setengah juta. Lumayan Zra,” “Temanya apa?” “Bebas, yang penting bagus.” “Ikutan yuk, siapa tau menang. Bisa buat beli bakso seember,” “Yah...tapi aku nggak bisa bikin cerpen.” “Ya udah, kalo kamu nggak mau aku aja yang ikutan.” “Emang kamu bisa?” “Bisa.” “Masa?” “Bisa kalah maksudnya, hehe...” “Dasar!” Silvy mencubit pinggang temannya. Azra bermaksud menghindar tapi kalah cepat. “Tapi serius mo ikut?” “Emang kenapa?” “Aku bantuin deh,” “Serius?” “Serius dong, masa bo’ong.” “Mo bantu apa?” “Bantu doa aja ya,” “Dasar!” “Hehehe...satu sama!”
***
Azra sama sekali nggak konsentrasi ngedengerin Bu Azifa ngejelasin teori relatifitas einstein. Pikirannya terbang kemana-mana. Pandangannya menerawang menembus dinding kelas. Dia masih mencari-cari ide buat cerpen. “Zra, sst..kamu kok bengong sih?” Silvy menyenggol kaki Azra dengan kakinya. Tapi Azra cuma diam. “Zra, Zra,” panggil Silvy lebih keras. Tapi Azra tetap bungkam. “Zra, ntar dipanggil Bu Azifa lho.” Kata Silvy. Lebih keras dari yang tadi. Azra masih diam. Meski ruhnya sudah terbang kemana-mana mencari ide, tapi sayup-sayup dia masih bisa mendengar penjelasan Bu Azifa tentang teori relatifitas yang menjelaskan mengapa seorang astronot yang pulang dari bertugas keluar angkasa akan mendapati keadaan di bumi sudah berubah total. Astronot itu akan mendapati anak-anaknya yang masih kecil tiba-tiba sudah punya anak lagi. Hal itu yang sedang dijelaskan Bu Azifa dengan teori relatifitas. Tiba-tiba Azra dapat ide untuk buat cerpen science fiction tentang teori relatifitas. Lalu tanpa diduga Azra berteriak, “Oh, iya!” Sontak seisi kelas melihat ke arahnya. Tapi yang paling kaget Silvy. “Zra, kamu apa-apaan sih?!” Silvy panik karena semua mata masih tertuju padanya dan Azra. “Apanya yang oh iya Azra?!” Tanya Bu Azifa tegas dengan mata melotot. “Eh, eng...nggak Bu.” Azra gugup. “Apanya yang enggak! Jelas-jelas kamu tadi teriak sampai membuyarkan konsentrasi saya!” Azra tertunduk malu sekaligus takut. Bu Azifa memang dikenal sebagai guru killer. Kalo udah marah seisi kelas bisa jadi korban. “Azra, dari tadi ibu perhatikan kamu melamun terus. Sekarang kamu maju kerjakan soal di papan tulis.” Seisi kelas mengurut dada tanda syukur. Biasanya Bu Azifa kalo marah langsung pergi ninggalin kelas terus ngasih soal yang bejibun banyaknya. Mungkin hari ini moodnya lagi enak. Tinggal Azra yang kelimpungan karena dari tadi dia sama sekali nggak dengerin penjelasan Bu Azifa. Di depan kelas dia cuma berdiri mematung. Semenit, dua menit Bu Azifa nunggu dia ngerjain soal, tapi tetep aja dia nggak bisa nulis apa-apa. “Azra! Kamu gimana sih! Masa soal mudah kayak gitu kamu nggak bisa jawab?!” Azra menunduk pasrah. “Sebagai hukumannya, kamu harus mengerjakan soal-soal fisika yang ibu buat sebagai PR. Nanti sebelum pulang kamu ambil soalnya di ruangan ibu. Sekarang kamu duduk!” Azra kembali ke kursinya dengan lemas.
***
Azra masih asik menuliskan idenya yang didapat dari Bu Azifa tadi siang di atas selembar kertas kosong. Sayang, baru sampai paragraf ke tiga, pikirannya buntu lagi. Sambil mencari ide, Azra kembali memandang langit-langit. “Duh, kayaknya science fiction butuh banyak referensi. Mama punya nggak ya?” Azra beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang nonton TV dimana papa dan mamanya lagi asik nonton teledrama asia. “Ma...!” “Kenapa sayang?” “Mama dulu kuliah di MIPA kan?” “Iya, emang kenapa?” “Punya buku tentang teori relatifitas nggak?” “Ada di gudang, buat apa say? Tumben kamu rajin mau baca-baca gituan.” “Ada deh...” Azra senyum-senyum. “Ya udah, cari aja di gudang.” “Thanks ya Ma,” Azra melesat ke gudang. Membongkar tumpukan buku-buku berdebu. Sesekali ia terbatuk dan bersin-bersin. Malah waktu dia buka satu buku di dalamnya sudah nangkring seekor kecoa yang sudah gepeng. “Hia...!!!” Mama dan papanya serentak teriak dari ruang tengah. “Kenapa Zra?!” “Nggak kok, cuma kecoa!” Azra kembali melanjutkan pencariannya. Tapi tak sampai satu jam, ia bosan sendiri. “Hah...capek. Nggak jadi buat cerpen science fiction ah. Susah!” Ia kembali ke kamarnya. Baru saja ia hendak memejamkan mata, tiba-tiba HP nya berbunyi. Sebuah SMS masuk. Ass. Lagi ngapain? Tugas fisikanya udah dikerjain belom. Met ngerjain ya, hehehe...makanya lain kali jangan ngelamun di kelas. Sender : Silvy 08564596357 “Ya ampuuunnn...!!! Aku lupa ngerjain!”
***
Azra dan Silvy sibuk menulis sesuatu di buku tulisnya sementara Pak Burhan masih sibuk menerangkan rumus-rumus phytagoras. Bedanya, Silvy menulis apa yang ditulis Pak Burhan di papan tulis, sedang Azra sibuk menulis ide yang udah didapet tadi pagi waktu dia mau berangkat sekolah. Sayangnya, baru dua halaman, dia udah ngerasa tulisannya nggak bagus. Kemudian kertasnya langsung dia remas lalu ditaro gitu aja dikolong meja. Kolong meja emang jadi tempat buang sampah yang paling asik buat anak-anak sekolah. Praktis, nggak perlu jauh-jauh jalan keluar kelas. Walhasil, berbagai macam sampah mulai dari kertas nggak kepake, sampe permen karet bekas dikunyah semuanya nempel di kolong meja. Bel pulang berdentang lantang. Pak Burhan menyudahi pelajarannya. Ketua kelas menyiapkan anak-anak sekelas. “Siap! Berdoa!” Anak-anak menundukkan kepalanya ke meja. “Selesai!” Anak-anak mengangkat kepalanya lagi. “Memberi salam!” “Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Sahut anak-anak serempak.
***
“Vy, kayaknya aku nggak jadi ikut lomba itu deh. Aku bener-bener nggak ada ide.” “Bener Zra?” Azra mengangguk. “Kamu yakin?” Azra mengangguk lagi. “Kamu bener-bener yakin?” Azra jadi kesel. “Iya! Emang kenapa sih?!” “Alhamdulillah...akhirnya. Syukur deh, temen aku normal lagi.” “Enak aja! Emang aku gila!” Mereka tertawa berdua. Sementara itu di kelas Azra dan Silvy, beberapa anak masih belum pulang. Hari ini jatah mereka piket. Sebenernya jadwal piket mereka besok. Tapi kesepakatan kelas dua lima, kelasnya Azra dan Silvy, yang piket besoknya udah harus bersihin kelas sehari sebelumnya waktu pulang sekolah biar besoknya nggak repot lagi. Waktu lagi bersih-bersih kolong meja, Rifky, salah satu dari yang piket nemuin kertas dari kolong meja Azra. Sebelum dibuang dia baca-baca dulu. Isinya cerpen Azra yang setengah jadi. Setelah baca, dia langsung senyum-senyum. Setelah piket selesai, dia langsung pulang naik motor. Rumahnya emang agak jauh dari sekolah. Selain itu keluarga Rifky termasuk orang berada sehingga bisa membelikannya motor meski Rifky masih SMP. Sore hari dirumahnya, ia melihat Pak Kasim supir ayahnya sedang mencuci mobil. “Pak Kasim, selesai cuci mobil, tolong anter surat ini ke kantor pos ya.”
***
“Zra, liat tuh! Pengumuman pemenang lomba cerpennya udah dipasang, liat yuk.” Silvy menarik tangan Azra. Azra mengikutinya dengan malas. Yang pasti yang menang bukan aku... ya iyalah, aku kan nggak ikut. Pengumuman lomba udah diganti dengan pengumuman pemenang. Silvy melihat dengan semangat.
Pemenang lomba cerpen pelajar dalam rangka menyambut HUT RI ke 70 Juara I Rifky Handayani SLTPN 1000 Depok Juara II Simphoni Nada Harpha SLTPN 28 Malang Juara III Nasca Feliccia Oscar SLTPN 3 Jakarta
***
Sementara itu, seorang pemulung yang biasa mengangkut sampah dari bak sampah di depan rumah Azra terlihat asik membaca sampah kertas-kertas yang sudah diremas jadi bola. Di kertas-kertas itu, tersimpan cerpen-cerpen setengah jadi Azra. taMat

0 komentar:

Posting Komentar

Video Pelatihan