Harimau Siluman
In CERPEN, In Fiksi RemajaSenin, 16 Maret 2009
Cerpen anggih Waluyo
Angin malam berhembus pelan, rintik hujan dari sore hari belum juga berhenti. Suasana kampung Pulo malam itu begitu hening, hanya sesekali terdengar lolongan anjing yang bersahut-sahutan. Dari kejauhan nampak ada satu rumah penduduk yang kelihatan terang, beberapa lampu Petromak memerangi sampai emperan rumah itu.
Nampak puluhan orang duduk-duduk di atas gelaran tikar sambil bermain kartu, ada yang hanya berbincang-bincang sambil minum teh dan hidangan yang telah disiapkan.
Rumah tersebut adalah rumah Mbah Joyo yang baru saja meninggal siang tadi. Mbah Joyo adalah seorang sesepuh yang dianggap sebagai “juru kunci” Kampung Pulo. Dan menjadi sebuah tradisi jika ada yang meninggal dunia, maka kewajiban para tetangganya adalah lek-lek’an (Jawa = berjaga-jaga tidak tidur) selama tiga malam di rumah duka.
Ada mitos bahwa 3 malam setelah seseorang meninggal dunia, ada harimau yang mendatangi bekas tempat pemandian mayat yang kemudian bisa mengambil mayit yang telah dikuburkan setelah harimau itu mencium tanah yang masih basah oleh air pemandian si mayit.
Harimau yang diyakini itu bukan hari mau sembarangan. Harimau siluman atau jadi-jadian. Mitos tersebut sangat kuat di kampung Pulo, walaupun memang selama ini belum pernah terjadi dan ditemukan harimaU siluman itu.
Malam pun semakin larut, rintik hujan sudah mulai reda. Sebagian warga masih ada yang masih bermain kartu domino dan beberapa orang sudah terlelap tidur. “Woi, bangun-bangun…” Teriak Pak Rogo, yang terkenal sebagai murid kesayangan mbah Joyo. “Ya..ya, jawab seorang warga sambil menggeliat tidur lagi.
Namun tiba-tiba,….huk huk huk….huk… Beberapa anjing menggonggong berlari-lari menuju suatu tempat, seolah-olah mengejar sesuatu. Pak Rogo dan beberapa warga pun spontan berlari keluar rumah ingin mencari tahu apa yang terjadi.
Dari kejauhan terdengar keras gonggongan anjing-anjing sambil berlari-lari mengejar sesuatu itu. Wah, jangan-jangan ini harimau siluman itu?” Tegas pak Rogo. “Iya-iya ayo kita dekati”, kata beberapa warga serempak.
“Tunggu sebentar, cegah Pak Rogo yang kemudian bersedekap sambil mulutnya berkomat-kamit membaca sesuatu.
“Ayo, kita usir jauh-jauh harimau itu, syukur-syukur bisa aku tangkap harimau sialan itu”, Ketus pak Rogo dengan bangga.
Tapi belum sempat mereka melangkahkan kaki, suara gerombolan anjing yang sedang mengejar-ngejar sesuatu tadi berlari menuju mereka. Sebagian warga panik dan takut, ada sebagian yang berlari, ada pula yang tetap menghadang bersama Pak Rogo.
Siap-siap hadang harimau itu, bacok atau gebuk saja “komando Pak Rogo”. Sedangkan dia sendiri membawa keris warisan Mbak Joyo.
Semakin dekat binatang yang dikejar anjing-anjing tersebut, semakin gempar suasana malam itu, dan semakin jelaslah binatang di depan gerombolan anjing-ajing yang mengejarnya.
Haaaaaaaaaaaaaahhh !!! Teriak warga serentak. Ternyata binatang tersebut bukan harimau, melainkan seekor kambing jantan coklat milik seorang warga yang terlepas.
Yaaaaaaaaaaah,,, itu mah kambingku !! teriak salah seorang warga. Pak Rogo pun menggelengkan kepala sambil membuang nafas kesalnya. Dan para warga yang berlari tadi akhirnya kembali mendekat, membantu menangkap kambing tersebut sambil tersenyum malu.
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar